Berawal Dari Kotak Bekas Telur, Yulianto Delaveras Membangun Rumah Baca Bintang


Berawal Dari Kotak Bekas Telur, Yulianto Delaveras Membangun Rumah Baca Bintang - Masa depan sebuah bangsa ada di tangan generasi muda. Seandainya semua generasi muda di Indonesia, seperti Mas Yulianto yang gemar membaca. Saya yakin Indonesia tidak akan lagi dicap sebagai negara dengan minat literasi membaca rendah.


Berawal Dari Kotak Bekas Telur, Yulianto Delaveras Membangun Rumah Baca Bintang
Berawal Dari Kotak Bekas Telur, Yulianto Delaveras Membangun Rumah Baca Bintang


 

Sudah menjadi rahasia umum jika Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dengan tingkat literasi yang rendah, di tahun 2016 oleh riset Central Connecticut State University. Disusul kemudian data statistik yang didapat dari The United Nations Educational, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan minat baca Indonesia sungguh mengenaskan, yakni 0,001%.

 

Padahal otak ini ibarat pisau. Semakin diasah maka akan semakin tajam, kebalikannya jika tidak pernah diasah pasti akan tumpul. Lantas apakah alat yang paling efektif untuk mengasah otak? Adalah dengan membaca. Kalau tingkat membaca saja tidak ada 1% gimana dong? Indonesia akan terombang-ambing. Nggak mau kan? Yuk kita perbaiki minat baca, musnahkan darurat literasi ini segera.

 

 

Mengenal Siapa Yulianto Delaveras Si Pendiri Rumah Baca Bintang

 

 

Mary Leonhardt penulis buku 99 Ways To Get Kids Love Reading mengatakan, "Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka. Mereka tidak hanya mengendengar informasi tetapi juga belajar untuk mengikuti argumen-argumen yang kaya dan akan mengingat alur pemikiran yang beragam."

 

Bagaimana anak-anak bisa menyukai dunia baca, tentunya dimulai dari bagaimana orangtua dalam mendidik. Tidak hanya orang tua, tetapi bisa nenek dan kakek, guru, kakak, dan orang dewasa di sekitar si anak.

 

Beruntunglah dan sangat bersyukur orang Grobogan memiliki pemuda yang tangguh dan telaten dalam menyebarkan virus literasi sejak dini. Dialah Yulianto Delaveras, pemilik Rumah Baca Bintang Grobogan.

 

Pria kelahiran 15 Juni ini, mengawali kecintaanya dengan buku sudah berlangsung sejak kecil, tetapi apa daya ... orang tuanya tidak mampu membelikan buku-buku. Demikian juga rumahnya yang jauh sekali dengan toko buku, dan akses di sekolahnya yang terbatas akan sebuah bacaan. Ah ... saya jadi berkaca terhadap masa kecil sendiri. Hanya mereka yang berduit yang bisa mengakses buku-buku bacaan bergambar.  Miris memang, berbeda dari sekarang yang sudah ada perpustakaan di mana-mana.

 

Yulianto yang beranjak besar tidak lantas surut begitu saja akan minimnya akses membaca, ia terus mencari cara agar terus bisa mencari bahan bacaan. Dari sekolahnya yang bukunya hanya itu-itu saja, ia juga perlahan menata mimpinya. Membangun perpustakaan yang besar, dan mengungang teman-temannya untuk membaca. Walaupun memiliki ayah dengan profesi buruh bangunan dan ibu yang hanya di rumah saja, tidak membuat Yulianto patah arah.


Mengenal Siapa Yulianto Delaveras Si Pendiri Rumah Baca Bintang
Mengenal Siapa Yulianto Delaveras Si Pendiri Rumah Baca Bintang


 

Di tengah kondisi yang terbatas pun Yulianto Delaveras berusaha untuk terus berdaya, ia mendafarkan diri dengan berkulaih Ilmu Perpustakaan di Universitas Terbuka, sembari bekerja sebagai staf perpustakaan di sekolah dasar. Dari pekerjaan tersebut Yulianto mulai mencicil untuk membeli buku-buku kesukaannya, dan rumahnya mulai dipenuhi dengan harta karun tersebut.

 

Merasa sudah mantap dan impiannya tak terbendung lagi, Yulianto lantas menyampaikan apa yang selama ini ia pendam kepada orang tuanya. Ia meminta izin, agar diberikan kesempatan membuat perpustakaan di rumah dengan merelakan salah satu ruangan mereka menjadi tempatnya. Izin yang diminta tidak mulus, awalnya orang tua memang menolak, tetapi ada kesungguhan dalam niat yang disampaikan putranya dan akhirnya bapak serta ibunya mengalah.

 

Ruang tamu berukuran 3x4 di rumah Yulianto disulap menjadi Rumah Baca Bintang, dimulai dari 150 koleksi buku dan tepat di hari ulang tahunnya. Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangruyun, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah akhirnya memiliki taman baca yang luar biasa. Jauh dari kata mewah, tetapi jendela dunia terbangun dari sana dengan wah.

 

 

Hidup Tak Melulu Soal Bahagia, Tetapi Juga ada Ujian dan Luka di dalamnya

 

 

Saya sendiri mengenal dunia baca ketika merantau di negeri orang, saat itu akses baca bisa saya dapatkan ketika berlibur dari pekerjaan full sebulan. Setiap kali ada waktu senggang, saya sempatkan membaca dan hasilnya luar biasa. Virus membaca tiba-tiba mengalir begitu saja, dan saya juga mulai belajar merangkai kata-kata  hingga melahirkan berlembar-lembar karya.

 

Terbesit keinginan untuk bisa juga membangun perpustakaan kecil dari rumah, sayangnya keluarga kami masih mengontrak. Jadilah hanya dalam angan saja, pun ketika menikah keinginan itu timbul lagi karena di kanan-kiri daerah yang saya tinggali ini minim akses untuk membaca dan saya ikut nebeng mertua.

 

Saat saya menyampaikan curhatan tersebut kepada Mas Yulianto, perihal meyakinkan diri bahwa kita bisa membuat taman baca sendiri yang bisa jadi nggak akan dilirik orang sama sekali, Mas Yulianto menasihati dengan bijak sekali.

 

"Luruskan niat bahwa segala sesuatu yang diniatkan baik, InsyaAllah kebaikan akan mengikuti. Selain itu juga harus siapkan fisik, tenaga, materi bahkan memperkuat mental jika apa yang dilakukan tidak sesuai harapan, atau mendapatkan cemoohan dari orang lain mulai dianggap kurang kerjaan, sok baik dan ada kepentingan lain," beliau juga menambahkan lagi, "Untuk benar-benar meyakinkan diri butuh waktu, proses yang tidak cepat, mudah dan harus mau belajar dari siapapun yang ditemui. Menyisihkan sebagian rejeki untuk membeli buku untuk menambah wawasan dan cara berpikir lebih baik serta tetap baik, dan selalu jadi yang terbaik dalam kondisi apapun."

 

MasyaAllah, nyes sekali bukan? Tetap dan selalu jadi yang terbaik, dalam kondisi bagaimanapun.

 

 

Terbangunnya Rumah Baca Bintang tidak lantas perjuangan Yulianto berhenti di sana. Dengan 150 buku bacaan untuk sebuah perpustakaan tentu masih kurang. Yulianto lantas menyisihkan uang bulanannya untuk membeli buku yang lain. Program buku gratis dari pemerintah juga sungguh membantu dalam pemenuhan bacaan di Rumah Baca Bintang. Terkadang paket buku dari sebuah lembaga dan perorangan meluncur ke rumahnya, turut menemani Rumah Baca Bintang bertumbuh.


Berawal Dari Kotak Bekas Telur, Yulianto Delaveras


 

Rumah Baca Bintang tanpa pengunjung di dalamnya seperti rumah kosong yang asing, bukan itu yang diinginkan Yulianto. Ia yang memiliki sifat pemalu dan tertutup harus bertindak dan bergerak. Ia berusaha menyingkirkan sifat tersebut, dan bahkan belajar menjadi pendongeng kepada Kak Kempho, sebuah sanggar mendongeng di Semarang. Yulianto juga belajar story telling yang baik, agar bisa mengambil hati anak-anak. Ia juga membagikan jajanan serta susu, agar bisa dekat dan gebrakan membawa boneka sebagai media ikut menyukseskan acara pedekate terhadap anak-anak.

 

Di tahun 2017 Yulianto memutuskan untuk resign dan membangun Rumah Baca Bintang. Ia yang seorang pustakawan kini menjadi pendongeng sepenuhnya. Rumah Baca Bintang sendiri buka dari pagi sampai dengan pukul 21.00 WIB. Allhamdulillah 2500 buku bacaan, sudah dikantongi Rumah Baca Bintang dan ruang baca menjadi lebih luas. Yulianto merelakan kamar kesayangannya, menjadi perpustakaan.

 

Setahun berlalu kemudian, di tahun 2018 Yulianto mulai mendapat kesempatan diberbagai kegiatan sebagai pendongeng unik. Ia juga diundang ke Universitas Indonesia, dengan Pustaka Bergerak Indonesia dan bertemu dengan Pak Nirwan Ahmad Arsuka. Semangat makin membuncah, dukungan juga didapatkannya. Pak Nirwan juga memberikan izin agar Yulianto membuat boneka Pustaka Bergerak, untuk mendukung semangatnya menebarkan virus literasi. Diberinamalah boneka tersebut dengan nama 'Nana', diambil dari nama kecil Najwa Shihab: Duta Baca Indonesia.

 

Saat saya bertanya kepada Mas Yulianto, bagaimana tanggapan Mba Najwa Shihab sendiri atas nama Nana yang diberikan kepada boneka Pustaka Bergerak, diluar dugaan. "Beliau merasa senang dan mengucapkan terima kasih." MasyaAllah.

 

Memiliki waktu luang yang lebih banyak membuat Yulianto terus bergerak sat-set, ia terus menyebarkan virus literasi ke berbagai pelosokk desa Grobogan. Bak mendaki gunung melewati lembah, memang demikian adanya Yulianto terus mengajak anak-anak untuk gemar membaca dengan membawa boneka Pustaka Bergerak. Dari menerbang banjir, melewati hutan dan juga naik turun bukit. Rasa lelah tidak dirasakannya, justru ia merasakan nikmatnya luar biasa bisa memberika bahan bacaan kepada anak-anak di pedalaman.

 

 

Virus Literasi VS Virus Pandemi

 

 

Tidak hanya Indonesia yang lumpuh perekonomian, tetapi juga di dunia. Virus pandemi yang menyerang berperang dengan virus literasi. Rumah Baca Bintang sepi, dan kegiatan luar ditiadakan. Yulianto tidak tinggal diam, virus literasi sama gencarnya ia sebarkan dibarengi dengan berondongan virus pandemi. Ia bagikan buku dan mainankepada anak-aak agar bisa membaca dan belajar dari rumah daripada bukunya berdebu dan menganggur.

 

Kabar menyedihkan juga datang dari pihak PMI, tempat di mana selama sepuluh tahun Yulianto melakukan donor darah. Ia diminta untuk konsultasi ke dokter, karena ternyata hasil tes darah yang dimilikinya terindikasi penyakit berbahaya. Bagai dunia runtuh, Yulianto merasa hidupnya sudah tidak algi berharga. Tetapi di kanan-kiri orang yang selalu ada dan mendukung untuknya, terus menyemangati. Ia pun berusaha melakukan yang terbaik, di sela-sela rutin minum obat. Setiap yang bernyawa pasti mati bukan? Hanya berbeda kapan waktunya.

 

Tidak sampai di sini, ujian bertubi masih menghampiri. Yulianto mengalami kecelakaan motor, yang mengakibatkan tempurung lutut dan lengan retak. Pemulihan yang tidak bisa dibilang singkat tersebut, membuat rumah baca yang dikelolanya bisa dibilang bangkrut kalau dia seorang pengusaha. Ditambah bulan berikutnya banjir bandang melanda, rumah dengan koleksi ribuan buku tersebut terendam. Buku-buku yang tenggelam tidak bisa diselamatkan. Apakah ini akhir dari impiannya?

 

Di saat sudah jatuh dan tertimpa tangga, orang lain datang justru meminta bantuan untuk diselamatkan. Mereka mengeluh dan menangis atas kejadian banjir yang menimpa, dan meminta Yulianto untuk dibantu. Langsung saja si pemilik hati yang lembut ini, langsung bergerak menghubungi teman-temannya akan fakta yang terjadi. Atas izin Allah, semuanya mengalir dengan lancar, bantuan bertubi-tubi daang dan rumah baca menjadi hilir mudik bantuan yang diberikan. Ternyata dirinya masih terus dibutuhkan, dan perlahan amunisi dan kekuatannya bangkit timbul begitu saja.

 

Rumah Baca Bintang hidup kembali, seperti namanya sang bintang juga mulai bergerak lagi dengan semangatnya yang membara. Pokoknya api aja kalah deh! Kolaborasi juga terus dilakukan, agar nafas literasi terus bisa berjalan.

 

Allhamdulillah Yulianto sampai dengan saat ini sudah menginisiasi 5 taman baca yang tersebar, di berbagai desa Grobogan dengan penanggungjawab di setiap taman baca. Berawal dari bibit Rumah Baca Bintang, kini sudah ada : Rumah Baca Mulia Uama, Padepokan Ayem-ayem, Taman Baca Lurung Cerita, dan Teras Baca Rejosari yang kesemuanya menggunakan modal seadanya ketika berdiri.

 

 

Acapkali Kesulitan datang Bersamaan dengan Kemudahan


Tips Dari Mas Yulianto Delaveras untuk Pecinta Literasi di Seluruh Tanah Air
Tips Dari Mas Yulianto Delaveras untuk Pecinta Literasi di Seluruh Tanah Air



Rejeki itu datangnya memang tidak terduga, hanya Allah yang Maha Tahu dari pintu mana akan dibuka. Ketika sudah saatnya, ya akan tiba seperti kabar gembira yang diterima oleh Yulianto Delaveras, dibalik segala ujian yang datang bertubi-tubi menyerangnya.

 

Yulianto Delaveras meraih penghargaan Satu Indonesia Awards, dari PT. Astra International, Tbk atas apresiasi dibidang pendidikan tingkat Provinsi, Jawa Tengah.

 

Yang mana Satu Indonesia Awards ini adalah program dari Astra untuk generasi muda, individu maupun kelompok yang punya kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi kepada masarakat sekitarnya.

 

Bantuan materi yang diberikan oleh Astra dipergunakan untuk membeli buku, membeli boneka baru, mengganti kotak bekas telur dengan rak buku, dan mengajak anak-anak minum susu serta snack bersama-sama.

 

Saya juga penasaran kepada beliau, apakah kalau suka membaca, suka mendongeng, ada keinginan untuk menulis buku? Dan ini jawabannya, "Iya, saat ini saya sudah menulis sebuah naskah tentang Grobogan yang diilustrasikan oleh 2 kawan ilustrator dari Grobogan, lebih tepatnya projek kolaborasi."

 

Nantinya jika sudah terbit tidak hanya sekedar mengejar profit tapi untuk kebermanfaatan bersama yakni ketika ada 10 buku yang terjual, ada 1 buku yang akan didonasikan untuk mereka yang membutuhkan. Namanya juga project kolaborasi ya kan? Jadi masih butuh dukungan dari berbagai pihak, agar semua itu dapat terealisasi.

 

Buat teman-teman yang ingin mengenal lebih jauh sepak terjang yang dilakukan Mas Yulianto, bisa kepo-kepo di akun berikut ya: @yuliantodelaveras / @rumahbacabintangandfriends dan Facebook Yulianto Delaveras / Rumah Baca Bintang.

 

 

Tips Dari Mas Yulianto Delaveras untuk Pecinta Literasi di Seluruh Tanah Air

 

  • Buat yang memiliki sifat pemalu tapi harus membaur dengan banyak orang, apalagi yang berkecimpung di dunia literasi tipsnya adalah sering berlatih, sering membaca, dan dipraktikan di depan cermin. InsyaAllah perlahan-lahan rasa malu akan hilang.
  • Apa yang harus dilakukan jika ingin rumah baca, bisa bertambah buku bacaanya? Menjalin kerjasama dan hubungan baik kepada penulis buku maupun penerbit buku. Sering mengikuti giveaway dari penerbit atau penulis buku.
  • Jika punya niatan membangun taman baca, dan niat tersebut makin kuat. Luruskan niat, kuatkan mental, istiqamah dalam berkegiatan dan berbuat baik, serta yakin bahwa banyak yang membutuhkan bantuan dengan penyediaan bahan bacaan.
  • Tidak apa jika buku dipinjam tidak kembali, karena bisa jadi mereka jauh lebih membutuhkan dan insyaAllah yang hilang akan diganti jauh lebih banyak dan lebih bagus. Mari belajar ilmu ikhlas, di mana ikhlas merupakan ilmu tingkat tinggi bahkan di dalam Alquran surat Al ikhlas tidak pernah disebut kata ikhlas.

 

Semoga kisah Mas Yulianto Delaveras, dapat menginspirasi kita semua. Yang membangun mimpinya dari hal sederhana, kotak bekas telur yang dijadikan rak buku saat merintis Rumah Baca Bintang. Karena sebuah mimpi itu harus dibangun, mari bermimpi setinggi-tingginya.

 

Sumber pendukung artikel

Wawancara dengan narasumber
Edit Canva, oleh blogger

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar