Review Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak

 

Buku 'Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak' mengisahkan cerita bujang katak dari Bangka Belitung. Bangka Belitung merupakan sebuah provinsi yang ada di Indonesia, dimana memiliki dua pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung, sementara ibukotanya adalah Pangkal Pinang.

 

ringkasan-cerita-si-bujang-katak
ringkasan-cerita-si-bujang-katak



Bujang Katak adalah cerita rakyat Bangka Belitung, yang mengisahkan seorang katak yang bertumbuh menjadi dewasa. Meski ia katak, ia tidak pernah merasa minder. Justru sifatnya harus diteladani.

 

Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak, ditulis oleh Dian Kristiani yang berjumlah 36 halaman. Bisa dibaca langsung selesai, karena jumlah halaman yang sedikit.

 

Cerita Rakyat Bangka Belitung ini, kisah yang apik dan diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer, yang masih di bawah Group Gramedia. Saya membacanya pun melalui aplikasi Gramedia Digital.

 

Menariknya lagi, tidak hanya cerita yang bagus tetapi juga ilustrasi bukunya menarik hidup gitulah. Ilustratornya adalah Alvin Adhi. Tenang, buku 'Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak' sudah bisa dibeli di toko buku kesayangan anda. Meski baru rilis pada 17 Januari 2024. Yuk baca resensi si Bujang Katak di bawah ini

 

 

Detail Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak

 

 

  • Judul : Bujang Katak        
  • Penulis : Dian Kristiani   
  • Ilustrator : InnerChild
  • Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
  • Tanggal Rilis : 17 Januari 2024
  • Media Baca  : Gramedia Digital
  • Jumlah Halaman : 36 Halaman
  • Harga : Rp35.000
  • Format bacaan : PDF
  • ISBN : 978-623-04-1390-2
  • Untuk jenjang usia : 4-6 tahun

 

 

cerita bujang katak
cerita bujang katak

Deskripsi Buku Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak

 

 

Bujang Katak adalah seorang pemuda berperawakan dan berwajah seperti katak. Namun, dia tak pernah rendah diri. Dia bahkan memberanikan diri melamar putri raja. Bujang Katak lalu diminta membuat jembatan emas untuk putri raja. Tentu saja, dia bingung karena dia amat miskin. Namun, Bujang Katak tidak menyerah. Akankah dia berhasil?

 

 

Resensi Si Bujang Katak

 



Buku anak 'Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak' akan mengisahkan ringkasan cerita si bujang katak, cerita rakyat nusantara di Bangka Belitung. Adalah kisah si Bujang Katak.

 

Kisah dimulai dari seorang ibu yang tinggal sebatang kara. Ia tidak punya anak dan suaminya sudah meninggal. Ia berharap bisa memiliki anak, agar ketika tua nanti tidak hidup sendirian.

 

"Aku akan merawat ananku dengna baik meski dia berupa anak katak," janji ibu itu. (Halaman 4)

 

Tidak disangka, keinginan ibu tersebut diwujudkan. Ia menemukan seorang bayi yang hanyut disungai dengan perawakan persis katak. Katak yang memiliki kulit licin, dan bentol-bentol. Si ibu membawa pulang dan merawat bayi katak dengan kasing sayang. Dinamailah bayi katak itu dengan nama 'Bujang katak'.

 

Hari berganti demi hari dan Bujang Katak tumbuh dengan pemuda yang gagah, ia ramah, punya banyak teman, dan rajin bekerja keras.

 

Namun suatu hari sang ibu melihat Bujang Katak terlihat resah, seorang ibu tentu tahu apa yang membuat anaknya aneh. Dan demikian Bujang Katak, ia di kamar becermin menatap dirinya. "Apa ada gadis yang mau jadi istriku?" (halaman 8).

 

Ya, Bujang Katak resah dengan penampakan fisiknya yang seperti katak. Bujang Katak yang selama hidupnya tidak pernah rendah diri, kini merasakan itu. Karena teman-teman yang seusia dirinya sudah menikah semua. Gelisahlah ia.

 

Saat Bujang Katak mengungkapkan pada ibu ingin menikah. Tentu saja ibu senang, tetapi Bujang Katak membuat ibu menjadi kaget. Karena Bujang Katak ingin menikahi salah satu dari 7 putri Raja.

 

"Mengapa harus putri Raja?" tanya ibu penasaran kepada Bujang Katak

"Karena aku dengar ketujuh putri Raja itu cantik dan berbudi luhur."


Ibu yang pesimis tapi tidak ingin harapan anaknya hancur, bergegas melamarkan putri raja untuk Bujang Katak.

 

Apa yang terjadi ketika mereka pergi ke istana? Raja tentu saja murka, mana bisa putri Raja menikah dengan seorang katak. Ia menolak, dan memersilakan ketujuh putrinya untuk mempertimbangkan lamaran itu. sayangnya keenam putri raja menolak, hanya satu yang mau menerima.

 

Bujang Katak yang datang melamar diberikan syarat oleh Raja. Bujang Katak harus membangun jembatan emas yang menjadi penghubung antara rumahnya dengan istana. Meski berat bujang katak menerima. Ia pulang dan mulai meniatkan tekad bekerja lebih keras lagi. Ibu justru meminta Bujang Katak untuk melepaskan impian anaknya.


cerita rakyat bangka belitung
cerita rakyat bangka belitung


 

Karena lelah bekerja seharian, bujang katak pun tertidur. Ia juga tidak pernah lupa selalu berdoa, agar ia bisa mewujudkan keinginannya. Dan dalam tidurnya Bujang Katak bermimpi mandi di sumur belakang rumahnya dan yang terjadi adalah kulit ditubuh bujang katak terkelupas. Ia menjadi manusia seutuhnya. Menjadi pemuda yang tampan, dan berkulit halus.

 

Keesokan paginya ia langsung melakukan apa yang ada dalam mimpinya, mandi di sumur pagi hari sekali. Tentu saja ia terkesima dan lari menuju kamarnya setelah mandi, mencari cermin dan melihat dirinya berubah. Ia juga berteriak mencari ibu, dan ingin memperlihatkan perubahan dirinya.

 

Saat Bujang Katak mengajak ibu ke sumur, dan ingin memperlihatkan kulit-kulitnya yang terkelupas. Justru kulit-kulit katak Bujang Katak, berubah menjadi emas! Huwooo! Nggak kebayangkan gimana senangnya ibu dan anak tersebut.

 

Berhasilkan Bujang Katak mewujudkan keinginannya menikahi putri Raja? Bagaimana terkejutnya sang putri mendapati pasangannya, yang awalnya katak menjadi pemuda tampan ya? Apaakah berhasil jembatan emas dibangun oleh Bujang Katak? Yok baca cerita lengkapnya di buku 'Seri Cerita Rakyat Nusantara Bangka Belitung: Bujang Katak'.

 

 Sumber pendukung artikel 

https://penerbitbip.id/books/3251/seri-cerita-rakyat-nusantara-bangka-belitung-bujang-katak-e-book

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar